PROSIDING SEMINAR NASIONAL KESEHATAN 2020 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UPN VETERAN JAKARTA 28 JANUARI 2020
Studi Kasus Mengenai Konsumsi Pangan Reaktif, Food Neophobia
Dan Perilaku Anak Autistik Di Sd Inklusi Salsabila Purwakarta
Dublin Core
Title
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KESEHATAN 2020 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UPN VETERAN JAKARTA 28 JANUARI 2020
Studi Kasus Mengenai Konsumsi Pangan Reaktif, Food Neophobia
Dan Perilaku Anak Autistik Di Sd Inklusi Salsabila Purwakarta
Studi Kasus Mengenai Konsumsi Pangan Reaktif, Food Neophobia
Dan Perilaku Anak Autistik Di Sd Inklusi Salsabila Purwakarta
Subject
perilaku anak autistik, konsumsi pangan reaktif, food neophobia
Description
: Di samping hambatan perkembangan, beban hidup anak autistik bertambah
berat dengan gangguan metabolisme pencernaan mereka. Setiap upaya menekan beban sistem
biologis, membantu meringankan mereka dalam waktu yang relatif lebih cepat. Dengan itu, maka
diet yang sehat merupakan connerstone not options. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pola konsumsi pangan reaktif, food neophobia dan perilaku anak autistik di SD
Inklusi Salsabila Purwakarta.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kombinasi concurrent embedded yang terdiri dari
metode primer yaitu metode kualitatif dan metode sekundernya menggunakan metode
kuantitatif. Untuk memperoleh data kualitatif, teknik pengumpulan datanya dengan wawancara
mendalam kepada 5 orang tua dan 6 guru dari anak autistik, dokumentasi serta observasi
aktivitas keseharian 5 anak autistik selama kurun waktu sekitar 18 hari. Selanjutnya untuk
memperoleh data kuantitatif, digunakan kuesioner Semi Quantitative Food Frequency (SQFFQ)
dan pedoman WHO BB/U.
Hasil: Hasil yang didapatkan adalah setiap pangan reaktif yang dikonsumsi berpengaruh
terhadap gejala perilaku autistik, semakin banyak dan sering jenis pangan reaktif yang
dikonsumsi diduga berpengaruh terhadap durasi dan kemunculan tantrum juga gejala food
neophobia. Pangan yang tidak bisa dicerna dengan baik oleh anak autistik apalagi malah
menimbulkan racun sebaiknya dihindari, bukan kasih sayang apabila diberikan karena anak
menginginkannya. Pangan yang reaktif terhadap satu anak belum tentu reaktif juga terhadap
anak autistik lainnya.
Kesimpulan: Oleh karena itu, melakukan tes Ig6 atau delayed food reaction, sangat
dianjurkan untuk mendapatkan data pangan reaktif dalam tubuh anak autistik tersebut. Hal itu
berguna untuk ketepatan dalam penentuan diet yang sehat selanjutnya dengan upaya eliminasi
maupun subtitusi secara bertahap.
Kata kunci: perilaku anak autistik, konsumsi pangan reaktif, food neophobia
berat dengan gangguan metabolisme pencernaan mereka. Setiap upaya menekan beban sistem
biologis, membantu meringankan mereka dalam waktu yang relatif lebih cepat. Dengan itu, maka
diet yang sehat merupakan connerstone not options. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pola konsumsi pangan reaktif, food neophobia dan perilaku anak autistik di SD
Inklusi Salsabila Purwakarta.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kombinasi concurrent embedded yang terdiri dari
metode primer yaitu metode kualitatif dan metode sekundernya menggunakan metode
kuantitatif. Untuk memperoleh data kualitatif, teknik pengumpulan datanya dengan wawancara
mendalam kepada 5 orang tua dan 6 guru dari anak autistik, dokumentasi serta observasi
aktivitas keseharian 5 anak autistik selama kurun waktu sekitar 18 hari. Selanjutnya untuk
memperoleh data kuantitatif, digunakan kuesioner Semi Quantitative Food Frequency (SQFFQ)
dan pedoman WHO BB/U.
Hasil: Hasil yang didapatkan adalah setiap pangan reaktif yang dikonsumsi berpengaruh
terhadap gejala perilaku autistik, semakin banyak dan sering jenis pangan reaktif yang
dikonsumsi diduga berpengaruh terhadap durasi dan kemunculan tantrum juga gejala food
neophobia. Pangan yang tidak bisa dicerna dengan baik oleh anak autistik apalagi malah
menimbulkan racun sebaiknya dihindari, bukan kasih sayang apabila diberikan karena anak
menginginkannya. Pangan yang reaktif terhadap satu anak belum tentu reaktif juga terhadap
anak autistik lainnya.
Kesimpulan: Oleh karena itu, melakukan tes Ig6 atau delayed food reaction, sangat
dianjurkan untuk mendapatkan data pangan reaktif dalam tubuh anak autistik tersebut. Hal itu
berguna untuk ketepatan dalam penentuan diet yang sehat selanjutnya dengan upaya eliminasi
maupun subtitusi secara bertahap.
Kata kunci: perilaku anak autistik, konsumsi pangan reaktif, food neophobia
Creator
Mira Tsamrotul Ula, Muhammad Ikhsan Ammar, Iin Fatmawati Imrar,
Muhammad Nur Hasan Syah
Muhammad Nur Hasan Syah
Format
pdf
Language
indonesia
Type
text
Files
Citation
Mira Tsamrotul Ula, Muhammad Ikhsan Ammar, Iin Fatmawati Imrar,
Muhammad Nur Hasan Syah
, “PROSIDING SEMINAR NASIONAL KESEHATAN 2020 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UPN VETERAN JAKARTA 28 JANUARI 2020
Studi Kasus Mengenai Konsumsi Pangan Reaktif, Food Neophobia
Dan Perilaku Anak Autistik Di Sd Inklusi Salsabila Purwakarta,” Repository Horizon University Indonesia, accessed April 12, 2025, https://repository.horizon.ac.id/items/show/419.
Studi Kasus Mengenai Konsumsi Pangan Reaktif, Food Neophobia
Dan Perilaku Anak Autistik Di Sd Inklusi Salsabila Purwakarta,” Repository Horizon University Indonesia, accessed April 12, 2025, https://repository.horizon.ac.id/items/show/419.