Universitas Muhammadiyah Purwokerto vol.4 2023
Pengalaman Perempuan dengan Kehamilan Risiko Tinggi
Preeklamsi Studi Fenomenologi di Kabupaten Banyumas
Experience of Women with High Risk Preeclampsia Phenomenological Study in Banyumas District

Dublin Core

Title

Universitas Muhammadiyah Purwokerto vol.4 2023
Pengalaman Perempuan dengan Kehamilan Risiko Tinggi
Preeklamsi Studi Fenomenologi di Kabupaten Banyumas
Experience of Women with High Risk Preeclampsia Phenomenological Study in Banyumas District

Subject

Kehamilan Risiko Tinggi,
Pengalaman, Preeklamsi

Description

PENDAHULUAN
Preeklampsia adalah kondisi dimana tekanan darah seseorang mengalami peningkatan yang dapat
timbul pada usia kehamilan diatas 20 minggu, dengan ditandai adanya proteinuria dan oedema. Gejala klinik
dari preeklampsia dapat dibagi menjadi dua yaitu preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Dimana
preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik
≥ 110 mmHg disertai dengan proteinuria > 5 g/24 jam. Preeklampsia dan eklampsia dapat timbul pada sebelum,
selama serta setelah persalinan. (Sumampouw et al., 2019)
Preeklampsia terjadi pada kehamilan diatas 20 minggu dengan kondisi ibu sebelumnya tidak memiliki
tekanan darah tinggi. Ibu dengan riwayat kehamilan sebelumnya mengalami preeklampsia akan mengalami
stress yang lebih besar dibandingkan dengan kehamilan normal. Preeklampsia merupakan menyakit vasospastik,
yang melibatkan banyak sistem dan ditandai dengan hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria. Diagnosis
preeklampsia secara tradisional didasarkan pada adanya hipertensi yang disertai dengan proteinuria atau edema,
baik edema pada muka tangan bahkan kaki. (Emha et al., 2017)

ISSN: 2808-1021

Proceedings homepage: https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/19

86
Menurut WHO prevalensi preeklampsia pada tahun 2017 berkisar antara 0,51% sampai 38,4%.
Sedangkan di negara maju angka kejadian preeklampsia berkisar antara 6-7% dan angka kejadian eklampsia
berkisar antara 0,1-0,7%, dan angka kejadian kematian ibu yang di akibatkan preeklampsia dan eklampsia
dinegara berkembang masih sangat tinggi. Preeklampsia merupakan salah satu syndrom yang dijumpai pada ibu
hamil di atas 20 minggu terdiri dari hipertensi dan proteinuria dengan dan atau tanpa edema (Kemenkes RI,
2017).
Menurut Martadiansyah et al pada tahun 2019 dalam penelitian Wulandari dan Pangesti pada tahun
2020 preeklampsi dan eklampsi merupakan salah satu penyebab tertinggi angka morbiditas dan mortalitas
perinatal dengan angka kejadian sekitar 50.000-60.000 kematian oleh preeklampsi setiap tahunnya. Prevalensi
preeklampsia dan eklampsia di setiap negara akan berbeda tergantung dari faktor yang mempengaruhi. Angka
kejadian preeklmapsia hingga eklampsia di Indonesia mencapai 3-10%, dan merupakan penyebab kematian ibu
tertinggi disamping infeksi dan perdarahan. (Wulandari & Pangesti, 2020)
Banyumas merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah
kematian ibu pada tahun 2019 menduduki peringkat ke 21, menjadi salah satu penyumbang kematian ibu
tertinggi. (Dinkes Prov Jawa Tengah, 2020). Angka kematian ibu di Banyumas pada tahun 2019 sebesar
38/100.000 kelahiran hidup. Penyebab dari kematian ibu tersebut yaitu perdarahan dengan jumlah 2 orang,
preeklampsia dengan jumlah 2 orang, gangguan system perdarahan dengan jumlah 3 orang, dan lain-lain
berjumlah 3 orang (Dinkes Kab Banyumas, 2020).
Angka kejadian preeklampsia di Kabupaten Banyumas pada tahun 2019 dapat mencapai angka 556
kasus dan meningkat pada tahun 2020 yaitu sebanyak 599. Angka kejadian preeklampsia di Kabupaten
Banyumas mengalami peningkatan pada tahun 2020. (Wulandari & Pangesti, 2020)
Sampai saat ini kejadian preeklampsia belum ditemukan secara pasti penyebabnya, namun para pakar
dan ilmuwan berpendapat bahwa kasus preeklampsia ini dapat terjadi diawali dari terdapatnya kelainan yang
terjadi pada placenta janin yang bertugas untuk menyuplai darah dari ibu ke janin dan juga sebaliknya. Ibu yang
mengalami preeklampsia perkembangan pembuluh darah placenta mengalami gangguan yang akibatnya aliran
darah ibu ke placenta menjadi berkurang. Adapun factor lain yang meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia
adalah kehamilan pertama (primigravida), Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, malnutrisi,
kehamilan kembar, dan mengidap penyakit tertentu seperti hipertensi, diabetes, gangguan pada ginjal, jarak
kehamilan yang terlalu lama ( lebih dari 10 tahun ), obesitas, Riwayat keluarga yang mengalami preeklampsia.
Dampak yang dapat terjadi jika kasus preeklampsia tidak tertangani adalah syndrome HELLP yang
terdiri dari Hemolysis, Elevated Liver Enzyme and Low Platelets Count, eclampsia, gangguan pada
kardiovaskuler, kegagalan pada paru, ginjal dan hati, koagulopati, solusio placenta serta perdarahan pada otak.
Adapun akibat yang dapat terjadi pada janin adalah Intra Uterin Growth Retardation (IUGR) dan Intra Uterin
Fetal Death (IUFD) (Keman, 2014).
Seorang perempuan yang pada saat kehamilannya mengalami faktor risiko preeklampsia dapat
berdampak pada kehidupan selanjutnya. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Maulida dkk pada tahun
2017 menyatakan bahwa preeklampsi dapat berpengaruh terhadap psikologis, spiritual, fisik dan prilaku ibu.
Menurut Engel dalam penelitian Saad pada tahun 2017 Tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan
harus memahami bagaimana penderitaan, penyakit dan penyakit yang dipengaruhi oleh individu, keluarga dan
lingkungan untuk memperhitungkan keadaan biologis, psikologis dan sosial dari seorang pasien. (Saad et al.,
2017).
Hingga peneliti tertarik untuk mengembangkan penelitian ini dengan sasaran perempuan yang pernah
mengalami faktor risiko preeklampsia pada kehamilan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi pengalaman perempuan dalam asuhan kehamilan dengan faktor risiko preeklampsia di
Kabupaten Banyumas. (Andri, 2011).
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk mengeksplorasi
pengalaman perempuan pada asuhan kehamilan dengan faktor risiko preeklampsia di Kabupaten Banyumas.
2. METODE
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Puskesmas Kembaran 2 dan Puskesmas Baturraden 1,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian ini pada bulan Juni sampai dengan Juli 2022.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan studi fenomenologi. Dengan menggali
pengalaman dari seorang perempuan pada asuhan kehamilan dengan faktor risiko preeklampsia dengan
menggunakan wawancara mendalam (indepth interview). Informan dalam penelitian ini diambil secara
purposive sampling yakni peneliti dapat menentukan kriteria mengenai informan (Cresswell dan John, 2009).
Informan primer penelitian ini terdiri dari 5 orang perempuan yang pada saat kehamilannya mengalami
faktor risiko preeklampsia, sedangkan triangulasi dari penelitian adalah keluarga/suami dan bidan. Sumber data
penelitian adalah data primer, berupa data hasil wawancara mendalam tentang pengalaman perempuan dalam
asuhan kehamilan dengan faktor risiko preeklampsia yang diperoleh langsung dari informan. Pengumpulan data

ISSN: 2808-1021

Proceedings homepage: https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/19

87
menggunakan metode wawancara langsung dengan menggunakan pedoman wawancara. Analisis data
menggunakan teknik analisis Milles dan Huberman (1984).
Analisis terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Pengumpulan
data dengan mengunakan wawancara mendalam (indepth interview) dan observasi. Kemudian direduksi data,
lalu peneliti menyajikan data tersebut, mengambil kesimpulan sementara kemudian turun kembali ke lapangan.
Kegiatan ini dilakukan sampai dengan peneliti yakin bahwa data sudah jenuh dan dapat ditarik kesimpulan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan 3 tema yaitu : 1). Asuhan bidan dan
pendampingan rujukan pada kehamilan dengan faktor risiko preeklamsia. 2). Kecemasan ibu hamil dengan
faktor risiko preeklamsi dan 3). Dukungan suami, keluarga dan bidan selama kehamilan dengan faktor risiko
preeklamsi.
Tema 1 : Asuhan bidan dan pen-dampingan rujukan pada kehamilan dengan faktor risiko preeklamsia

Dan didukung kembali oleh pernyataan informan skunder bidan yaitu :

Dan didukung oleh bidan dalam pernyataan :
“...yakan awalnya saya priksa di puskesmas eh
sebelum hamil di tensi aku biasa ya ngga
pernah tinggi, pas terakhir periksa itu di
puskesmas tinggi, jadinya dirujuk ke RS ya di
rumah sakit ya disuruh di SC...” ( IP 5 )
:”...ya priksa paling, trus dari bidannya bikin
apa suruh minta rujukan langsung ke
margono...” ( ISS5 )
“...keluarga ngasih support...” ( IP 4 )
“... nemenin, udah jangan dipikirin jangan di
pikirin gitu aja...” ( IP 1 )
“...paling ya dibilangin biasa kaya minta sama
Allah berdo’a agar dikasih yang terbaik...tidak
ada apa apa tenang aja...” ( IS 1 )

“...ya paling kaya penkesnya terus kaya
pendampingan juga saya siap mungkin kaya
ibunya membutuhkan, rajin kontrol tensi baca
tanda gejala bahaya saya siap 24 jam otomatis
dengan kaya gitu biasanya pada merasa nyaman
yang penting sih terpantau mba, terpantau itu
dalam artian makanan yang di makan juga kan
harus benar benar yang berprotein tinggi terus
obatnya juga diminum ... ( ISB 2 )”

“...rata rata disini itu dipacu karena faktor
ekonomi ya, makanan, turunan, saya kasih
konseling tidak hanya ke pasien tapi ke keluarga
juga, disini kan ada kelas bapake mamake itu
sudah berjalan tapi ya gitu kalo siang kan pada
kerja kalo kalo malam kitanya yang ngga bisa
kaya gitu... saya pastikan mereka membaca buku
cuman saya lebih penekanan ke keluarga,
karena dukungan keluarga itu sangat
berpengaruh ya...” ( ISB 1 )

ISSN: 2808-1021

Proceedings homepage: https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/19

88

Tema 2 : Kecemasan ibu hamil dengan faktor risiko preeklamsi.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa kehamilan dengan preeklampsia ini sangat berdampak terhadap
psikologis ibu, dimana ibu merasa tidak percaya, cemas, dan khawatir terlebih dengan keadaan bayi yang
dikandungnya.

Dan juga di dukung oleh pernyataan bidan :

Tema 3 : Dukungan suami, keluarga dan bidan selama kehamilan dengan faktor risiko preeklamsi.
Dukungan keluarga dapat berpengaruh terhadap semangat ibu dalam menjalani kehamilan dengan
faktor risiko preeklampsia. Keluarga partisipan juga menyampaikan berbagai betuk dukungan yang diberikan
kepada partisipan. Dukungan keluarga dapat memberikan dampak yang baik dan menumbuhkan kekuatan pada
partisipan.
b. Pembahasan
Preeklampsia dan eclampsia merupakan salah satu penyebab tertinggi angka kematian ibu. Di
Indonesia angka kejadian preeklampsia berkisar antara 3-10% dan merupakan penyebab kematian ibu tertinggi
di samping infeksi dan perdarah. (Wulandari & Pangesti, 2020 ).
Preeklampsia merupakan penyakit vasospatik, yang melibatkan banyak system dan ditandai dengan
hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria. Preeklampsia biasanya ditandai dengan adanya peningkatan
tekanan darah, tetapi peningkatan tekanan darah saja tidak bisa dikategorikan kedalam preeklampsia.
Preeklampsia ini biasanya bisa didiagnosis dengan melakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
protein urine dan adanya oedema.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Maulida dkk pada tahun 2017 menyatakan bahwa preeklampsia
dapat berpengaruh terhadap biologis, psikologis dan social. Pada peneilitian ini didapatkan beberapa tema
diantaranya adalah :
1. Asuhan bidan dan pendampingan rujukan pada kehamilan dengan faktor risiko preeklamsia
Asuhan kebidanan merupakan suatu kegiatan dalam memberikan pelayanan Kesehatan pada klien yang
memiliki suatu masalah atau kebutuhan pada masa preeklampsia adalah : stabilisasi tekanan darah, dan
diberikan obat penurun tekanan darah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu diberikan obat pilihan
diantaranya adalah nifedipine (RCOG,2010;SOGC, 2014).
2. Kecemasan ibu hamil dengan faktor risiko preeklamsi
Preeklampsia ini tidak hanya dapat berdampak terhadap biologis saja tetapi dapat berdampak terhadap
psikologis ibu. Dampak psikologis yang dapat terjadi akibat dari preeklampsia ini diantaranya adalah ibu akan
merasa takut, cemas, khawatir dan tidak percaya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Herdiyanti et al pada tahun 2021 bahwa dampak psikologis yang dapat terjadi yaitu depresi
antenatal yang terdiri dari rasa jenuh, stress, kesal, cemas, tidak percaya diri bahwa dirinya akan sembuh seperti
sebelumnya yang dapat ditandai dengan kualitas hidup yang menurun, tidak rutin melakukan ANC, merasa takut
dan merasa dekat dengan kematian.
Penyebab dari kecemasan dan ketakutan adalah kecemasan terhadap dirinya sendiri, kecemasan
terhadap keadaan bayi yang dikandungnya. Dan kecemasan ini dapat dikendalikan dengan peran dari suami dan
keluarga dalam memberikan dukungan. (Trisiani 2016)
Hasil wawancara dengan informan, dampak preeklampisa yang dirasakan adalah rasa takut, khawatir
terutama pada bayi yang di kandung, cemas dan tidak percaya terhadap apa yang sedang dialami. Tekanan darah
”...ya khawatir ya, kepikiran pasti. Soalnya
baru 37 minggu bayinya juga masih 2,3 kg kan
ya tapi harus dikeluarkan...” ( IP 1 )
“...yaa khawatir juga si cuman apa ya apa kita
dikasih tau sama dokter untuk makan makanan
penurun tensi...” ( ISS 1 )

”... kita kan ada kelas ibu, kita cerita dikelas
ibu kenapa bisa tensi tinggi kaya gitu nanti
solusinya apa, jadi manfaatnya apa jadi kalo
ibu saya pastikan mereka membaca buku
cuman saya lebih penekanan ke keluarga,
karena dukungan keluarga itu sangat
berpengaruh ya...” ( ISB 1 )

ISSN: 2808-1021

Proceedings homepage: https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/19

89
tinggi pada ibu hamil dapat menyebabkanberat badan bayi lahir rendah hingga kematian. Dan pada saat ibu
merasakan cemas janin yang sedang dikandung oleh ibu dapat merespon apa yang sedang dirasakan oleh
ibunya, seperti detak jantung ibu, semakin cepat detak jantung ibu semakiin cepat juga pergerakan janin
meningkatkan pemeriksaan kesehatan fisik, pengelolaan terhadap stres yang dialami.
Dukungan yang dilakukan tidak hanya dukungan dari suami dan keluarga saja tetapi dukungan dari
tenaga kesehatan terutama bidan akan membuat pasien merasa aman dan tenang. Bidan juga menjelaskan bahwa
dukungan yang diberikan pada klien adalah dengan memberikan dukungan, membantu memberikan doa untuk
keselamatan ibu dan bayi, hingga melakukan pendekatan.
Dari hasil penelitian menjelaskan bahwa pada saat ibu mengalami preeklampisa mendapat dukungan
sosial dari suami, dan keluarga sehingga mengurangi rasa cemas dan khawatir. Hal ini didukung oleh penelitian
yang sudah dilakukan oleh Latifah pada tahun 2017 yang menunjukan bahwa dukungan dari suami, dan
keluarga sangat bermanfaat bagi ibu hamil karena dapat menciptakan rasa aman, nyaman dan tentram.
Dukungan dari suami, dan keluarga merupakan suatu sikap, tindakan dan sebuah penerimaan keluarga
terhadap salah satu anggota keluarganya yang bersifat mendukung, slalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika dibutuhkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bagas pada tahun 2020 menjelaskan bahwa
dukungan keluarga pada saat hamil atau mengalami kehamilan dengan masalah sangat penting. Seluruh
keluarga harus turut andil dalam mengambil peran mendukung ibu. Dukungan yang diberikan dapat berupa,
memperhatikan makanan yang ibu konsumsi, memberikan semangat, memberikan support dan menemani ibu
baik pada saat pemeriksaan ANC hingga pada saat akan melakukan persalinan. kehamilan, persalinan, nifas,
bayi baru lahir dan keluarga berencana (Kemenkes RI 2016).
Sesuai dengan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pada saat pertama kali ibu terdiagnosis
preeklampsia ibu di anjurkan oleh bidan untuk melakukan control tensi dan pemberian obat hingga dilakukan
rujukan. Penanganan awal dari kasus preeklampsia pada ibu hamil adalah dengan menegakan diagnosis secara
tepat. Diagnosis preeklampsia ada 2 yaitu preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Tanda gejala
preeklampsia ringan biasanya adanya tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dan adanya protein urine positif.
Dan tanda gejala preeklampsia berat dalah adanya peningkatan tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg dengan
protein urine +1, mengalami edema, nyeri kepala hingga mengalami pandangan kabur. (POGI 2016).
Penanganan preeklampsia ini juga bertujuan untuk mencegah terjadinya kejang, pendarahan
intracranial, dan dapat melahirkan bayi yang sehat. Penanganan yang dilakukan oleh bidan adalah dengan
memberikan Pendidikan Kesehatan yaitu menganjurkan ibu untuk banyak istirahat, mengurangi konsumsi
garam berlebih, lakukan pemeriksaan laboratorium seperti HB, urine lengkap dan fungsi ginjal. Untuk
penanganan preeklampsia berat yaitu mencegah kejang (eklmapsia) manajemen umun penanganan preeklampsia
berat adalah dengan memberikan obat obatan atau terapi hingga dilakukannya rujukan, serta pada saat dilakukan
rujukan jika tensi masih sangat tinggi akan diberikan MgSO4. (POGI 2016).
Penatalaksanaan preeklampsia harus dilakukan berdasarkan penilaian awal dengan cermat, melakukan
stabilisasi terhadap kondisi ibu, monitoring ketat, dan melakukan persalinan dalam waktu dan pada saat kondisi
ibu dalam keadaan stabil. Penatalaksanaan untuk kegawat daruratan didalam Rahim ibu. Ibu yang memiliki tensi
tinggi dan memiliki kecemasan dapat meningkatkan detak jantung dan senantiasa berfikir tentang kelangsungan
janin yang sedang dikandung. (Desi Trisiani, 2016).
Pada saat menemukan ibu dengan gejala atau gangguan psikologis yang dapat mempengaruhi
keselamatan dan Kesehatan ibu maupun janin yang sedang dikandung, maka dugaan kehamilan dengan gejala
cemas, panik, harus ditegakan untuk mendapatkan upaya apa yang harus dilakukan. Sedangkan untuk tingkat
bidan desa dilakukan upaya seperti : kenali, rujuk, observasi dan pascaterapi. Sedangkan di puskesmas :
Diagnosis, lakukan pendekatan. Jika gejala tidak membaik maka dilakukan rujukan dan konsultasi dengan
Psikolog/Psikiater (Desi Trisiani, 2016).
3. Dukungan suami, keluarga dan bidan selama kehamilan dengan faktor risiko preeklamsi
Dampak preeklampsia yang dapat terjadi selain dari dampak fisiologis adalah dampak psikologis.
Dampak psikologi ini dapat berupa stres, cemas khawatir dan rasa tidak percaya terhadap kehamilan yang di
alaminya sehingga dapat menimbulkan kualitas hidup yang menurun. Dampak tersebut juga dapat didorong
karena kurangnya dukungan sosial baik dari suami ataupun keluarga, sehingga dapat mempengaruhi kondisi
preeklampsia pada ibu semakin buruk.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Siska Hardiyanti Dkk pada
tahun 2019 yang menyatakan bahwa, dukungan sosail yang didapatkan dalam bentuk dukungan sosial emosi,
instrumental ataupun materi dan informasi dapat bermanfaat bagi individu dalam meningkatkan produktivitas,
meningkatkan psikologis, menambah untuk.

ISSN: 2808-1021

Proceedings homepage: https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/19

90

4. SIMPULAN DAN SARAN
a. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengalaman perempuan di wilayah Puskesmas
Kembaran 2 dan Puskesmas Baturraden 1 memiliki pengalaman baik pada biologis seperti dianjurkan bidan
untuk melakukan pemeriksaan tensi dan meminum obat yang diberikan. Pengalaman psikologis pada perempuan
dengan faktor risiko preeklampsia adalah rasa takut, khawatir dan cemas hal ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya. Dan pada sosialnya mengatakan bahwa ibu mendapatkan dukungan sosial baik dari keluarga dan
suami seperti mensupport dan mau menemani.
b. Saran
Pengalaman perempuan pada asuhan kehamilan dengan faktor risiko preeklampsia baik pada biologis,
psikologis dan sosial memiliki dampak tersendiri.

Creator

Della Ayu Sri Mulyanti1

, Wilis Dwi Pangesti2

Source

https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/19

Format

PDF

Language

INDONESIA

Type

TEXT

Files

Tags

,Repository, Repository Horizon University Indonesia, Repository Universitas Horizon Indonesia, Horizon.ac.id, Horizon University Indonesia, Universitas Horizon Indonesia, HorizonU, Repo Horizon , ,Repository, Repository Horizon University Indonesia, Repository Universitas Horizon Indonesia, Horizon.ac.id, Horizon University Indonesia, Universitas Horizon Indonesia, HorizonU, Repo Horizon , ,Repository, Repository Horizon University Indonesia, Repository Universitas Horizon Indonesia, Horizon.ac.id, Horizon University Indonesia, Universitas Horizon Indonesia, HorizonU, Repo Horizon ,

Citation

Della Ayu Sri Mulyanti1 , Wilis Dwi Pangesti2, “Universitas Muhammadiyah Purwokerto vol.4 2023
Pengalaman Perempuan dengan Kehamilan Risiko Tinggi
Preeklamsi Studi Fenomenologi di Kabupaten Banyumas
Experience of Women with High Risk Preeclampsia Phenomenological Study in Banyumas District,” Repository Horizon University Indonesia, accessed November 15, 2024, https://repository.horizon.ac.id/items/show/560.