Universitas Muhammadiyah Purwokerto vol.4 2023Perbedaan Hasil Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Metode
Audiovisual dan Demonstrasi Terhadap Tingkat Pengetahuan
Remaja Putri Tentang Sadari di SMPN 3 Pagedongan
Banjarnegara
Differences in the Results of Health Education Using Audiovisual and Demonstration Methods on
the Level of Knowledge of Young Girls About Sadari at SMPN 3 Pagedongan Banjarnegara
Dublin Core
Title
Universitas Muhammadiyah Purwokerto vol.4 2023Perbedaan Hasil Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Metode
Audiovisual dan Demonstrasi Terhadap Tingkat Pengetahuan
Remaja Putri Tentang Sadari di SMPN 3 Pagedongan
Banjarnegara
Differences in the Results of Health Education Using Audiovisual and Demonstration Methods on
the Level of Knowledge of Young Girls About Sadari at SMPN 3 Pagedongan Banjarnegara
Audiovisual dan Demonstrasi Terhadap Tingkat Pengetahuan
Remaja Putri Tentang Sadari di SMPN 3 Pagedongan
Banjarnegara
Differences in the Results of Health Education Using Audiovisual and Demonstration Methods on
the Level of Knowledge of Young Girls About Sadari at SMPN 3 Pagedongan Banjarnegara
Subject
Pengetahuan Audiovisual,
Demonstrasi, SADARI
Demonstrasi, SADARI
Description
1. PENDAHULUAN
Di Indonesia angka kejadian yang sering ditemui adalah kanker. Angka kematian penyakit kanker tertinggi
adalah kanker payudara. Kanker payudara terbanyak dialami oleh perempuan, dan saat ini gejala dari kanker
sendiri semakin tinggi diusia remaja. Jika tidak terdeteksi sejak dini maka akan menjadi sel ganas. Kondisi ini
semakin parah dengan fakta bahwa pengetahuan di masyarakat Indonesia mengenai kanker payudara dan deteksi
dini dalam bentuk pemeriksaan payudara sendiri masih kurang.
Data dunia Cancer Observatory (GLOBOCAN) dan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
menunjukkan angka kejadian penyakit kanker di Indonesia mengalami peningkatan menjadi 1,79 per 1.000
penduduk. Berdasarkan data profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2019, kabupaten Banjarnegara mencapai (0,7
ISSN: 2808-1021
Proceedings homepage: https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/19
2
persen) dan menempati peringkat ke 14 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah (Profil Kesehatan Jawa Tengah,
2019).
Terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara dan bagaimana cara mendeteksinya
merupakan salah satu penyebab peningkatan kasus kanker payudara di stadium lanjut. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Handayani & Sudarmiati (2012), didapatkan bahwa
di Kabupaten Sukoharjo dengan responden remaja putri berusia 12- 22 tahun sebagian besar responden
memiliki pengetahuan kurang tentang cara melakukan SADARI.
Upaya untuk pengendalian kanker, dapat dilakukan dengan pencegahan faktor resiko, deteksi dini,
surveilans epidemiologi serta penyebaran berita tentang kanker payudara (Mulyati, 2021). Hal ini juga didukung
dengan upaya pemerintah berupa program SADARI maupun periksa payudara klinis (SADANIS) (Kementrian
Kesehatan RI, 2017).
Kanker payudara harus sedini mungkin dideteksi oleh para remaja di Indonesia. Berdasarkan hasil
penelitian Handayani & Sari (2012), menyebutkan bahwa sebagian besar remaja putri memiliki pengetahuan yang
kurang mengenai SADARI. Untuk para perempuan yang mempunyai tingkat pengetahuan dan pemahaman rendah
tentang kanker payudara dan cara deteksinya maka perlu diberikan informasi menggunakan cara menyampaikan
penyuluhan kesehatan tentang SADARI (Damayanti, 2017). Penyuluhan kesehatan memiliki metode penyuluhan
tepat sasaran yang diperlukan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Metode pengajaran yang dapat memberikan pengalaman secara nyata kepada responden karena dapat
melihat, mendengar, meraba, mengamati secara langsung tentang hal-hal yang sedang dipelajari menggunakan
metode audiovisual. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mardianti (2021), menunjukkan bahwa penggunaan
media audiovisual efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sebanyak 70% pengetahuan seseorang diperoleh dari
apa yang mereka dengar dan lihat.
Sedangkan untuk mendapatkan cara yang lebih praktis untuk memberikan pengertian, pandangan baru,
serta mekanisme perihal suatu hal yang pernah dipersiapkan dengan teliti untuk menunjukkan bagaimana cara
melaksanakan suatu tindakan adegan dengan menggunakan alat peraga untuk mengembangkan keterampilan
mengginakan metode demonstrasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Purwati, 2016 & Arsinta, 2020)
bahwa terdapat pengaruh dengan menggunakan metode demonstrasi yang menunjukkan hasil belajar yang lebih
baik karena ada interaksi langsung antara tutor dan siswi.
Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di SMPN 3 Pagedongan yang terletak di Kecamatan
Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara memiliki jumlah remaja putri sebanyak 66 orang. Berdasarkan wawancara
dengan Kepala Sekolah SMPN 3 Pagedongan, didapatkan bahwa belum pernah dilakukan penyuluhan kesehatan
di SMPN tersebut dan belum pernah dilakukannya penelitian dengan pemberian penyuluhan kesehatan khususnya
tentang SADARI di SMPN 3 Pagedongan Banjarnegara.
Dari fenomena yang terjadi pada kasus diatas remaja putri masih kurang mendapatkan informasi mengenai
SADARI, sehingga dapat mendeteksi secara dini penyakit kanker payudara secara mandiri. Oleh sebab itu, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “perbedaan hasil tingkat pengatahuan remaja putri sebelum dan
sesudah penyuluhan kesehatan menggunakan metode audiovisual dan demonstrasi tentang SADARI di SMPN 3
Pagedongan Banjarnegara”.
2. METODE
Desain penelitian pre-eksperimental dengan rancangan penelitian two group pretest posttest design.
Penelitian pre-ekperimental merupakan ekperimen sungguh-sungguh sebab masih terdapat variabel luar yang ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hasil ekperimen variabel dependen bukan semata-mata
dipengaruhi oleh variabel independent (Sugiyono, 2019). Rancangan penelitian tipe two group pretest posttest
design yang terdiri dari 2 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 33 siswi. Kemudian diberikan
intervensi berbeda. Kelompok pertama diberikan intervensi metode audio visual dan kelompok kedua diberikan
intervensi metode demonstrasi dengan cara dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah intervensi. Rancangan ini
tidak menggunakan kelompok kontrol, tetapi dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti
untuk menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan (posttest) (Nursalam, 2017).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat, analisis bivariat dengan uji
statistik wilcoxon.dan Mann-whitney.
3. HASIL PENELITIAN
1. Pengetahuan Remaja Putri Sebelum Pemberian Penyuluhan Kesehatan Tentang SADARI
Menggunakan Metode Audiovisual dan Demonstrasi
Tabel 1 menunjukkan tingkat pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan pada metode audiovisual dengan
kategorik baik 0 responden (0%), kategorik kurang 12 responden (36,4%) dan sebagian besar kategorik cukup 21
responden (63.6%).
ISSN: 2808-1021
Proceedings homepage: https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/19
3
Tabel 1 menunjukkan tingkat pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan pada metode demonstrasi
dengan kategorik baik 0 responden (0%), kategorik cukup 16 responden (48,5%) dan sebagian besar kategorik
kurang 17 responden (51.5%).
2. Pengetahuan Remaja Putri Sesudah Pemberian Penyuluhan Kesehatan Tentang SADARI
Menggunakan Metode Audio-visual dan Demonstrasi
Tabel 2 menunjukkan tingkat pengetahuan sesudah diberikan penyuluhan pada kelompok metode
audivisual dengan kategorik kurang 0 responden (0%), kategorik cukup 13 responden (39,4%) dan sebagian besar
kategorik baik 20 responden (60.6%).
Tabel 2 menunjukkan tingkat pengetahuan sesudah diberikan penyuluhan pada kelompok metode
demonstrasi dengan kayegorik kurang 0 responden (0%), kategorik cukup 6 responden (18,2%) dan sebagian
besar kategorik baik 27 responden (81.8%).
3. Perbedaan Hasil Penggunaan Metode Penyuluhan Kesehatan Yang Lebih Baik Terhadap Tingkat
Pengetahuan Remaja Putri Tentang SADARI Menggunakan Metode Audovisual Dan Demonstrasi
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 29 responden (87.8%) yang mengalami peningkatan pengetahuan
sesudah diberikan penyuluhan menggunakan metode audiovisual dan hasil uji wilcoxon didapatkan nilai p-value
sebesar 0.0001 < 0.05 yang berarti ada perbedaan pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum dan sesudah
penyuluhan dengan metode audiovisual.
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 32 responden (96.9%) yang mengalami peningkatan pengetahuan
sesudah diberikan penyuluhan menggunakan metode demonstrasi dan hasil uji wilcoxon didapatkan nilai p-value
sebesar 0.0001 < 0.05 yang berarti ada perbedaan pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum dan sesudah
penyuluhan dengan metode demonstrasi.
4. Perbedaan Pengetahuan Remaja Putri Tentang SADARI Antara Kelompok Metode Audiovisual dan
Demonstrasi di SMPN 3 Pagedongan Banjarnegara (n: 66)
Tabel 4 menunjukkan hasil uji mann-whitney terkait pengetahuan sebelum diberikan edukasi didapatkan
nilai p-value sebesar 0.218 > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan pengetahuan remaja putri tentang SADARI
sebelum penyuluhan antara metode audiovisual dengan metode demonstrasi.
Tabel 4 menunjukkan hasil uji mann-whitney terkait pengetahuan sesudah diberikan edukasi didapatkan
nilai p-value sebesar 0.059 > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan pengetahuan remaja putri tentang SADARI
sesudah penyuluhan antara metode audiovisual dengan metode demonstrasi.
4. PEMBAHASAN
1. Hasil penelitian pengetahuan remaja putri sebelum pemberian penyuluhan kesehatan tentang SADARI
menggunakan metode audiovisual dan demonstrasi di SMPN 3 Pagedongan Banjarnegara
Hasil penelitian menun-jukkan tingkat pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan pada kelompok metode
audivisual dan kelompok metode demonstrasi kategorik cukup (tabel 1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
remaja kurang mengerti tentang SADARI. Remaja sangat perlu mengetahui cara mendeteksi dini kanker payudara
mengingat pada masa remaja merupakan masa peralihan dan remaja akan mulai menentukan jati diri dan rasa
percaya diri untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya (Sari et al., 2015).
Kurangnya informasi dan pengetahuan remaja tentang kanker payudara dan upaya deteksi dininya
membuat remaja bersikap negatif dengan hal tersebut. Hal ini sejalan dengan jurnal penelitian dari Shahrbabak
(2021) yang menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang memadai membuat wanita tidak
mampu melakukan deteksi dini kanker payudara, sehingga mengakibatkan para wanita tersebut mengabaikannya.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harefa (2011) pengetahuan remaja
putri tentang periksa payudara sendiri, dari 40 siswi mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 24 orang (60%),
dan didukung dengan hasil penelitian Rahayu (2016) tentang tingkat pengetahuan remaja putri tentang sadari, dari
hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan remaja putri tentang sadari berada pada kategori cukup yaitu 61,6%.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 61.6% responden belum pernah mendapatkan
informasi terkait pemeriksaan SADARI. Kurangnya sumber informasi yang didapatkan responden menyebabkan
penge-tahuan yang dimiliki responden kurang. Budiman dan Riyanto (2013) menyatakan bahwa informasi
mempengaruhi penge-tahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka akan
menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan
menambah pengetahuan dan wawasannya.
2. Hasil penelitian pengetahuan remaja putri sesudah pemberian penyuluhan kesehatan tentang SADARI
menggunakan metode audiovisual dan demonstrasi di SMPN 3 Pagedongan Banjar-negara
Di Indonesia angka kejadian yang sering ditemui adalah kanker. Angka kematian penyakit kanker tertinggi
adalah kanker payudara. Kanker payudara terbanyak dialami oleh perempuan, dan saat ini gejala dari kanker
sendiri semakin tinggi diusia remaja. Jika tidak terdeteksi sejak dini maka akan menjadi sel ganas. Kondisi ini
semakin parah dengan fakta bahwa pengetahuan di masyarakat Indonesia mengenai kanker payudara dan deteksi
dini dalam bentuk pemeriksaan payudara sendiri masih kurang.
Data dunia Cancer Observatory (GLOBOCAN) dan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
menunjukkan angka kejadian penyakit kanker di Indonesia mengalami peningkatan menjadi 1,79 per 1.000
penduduk. Berdasarkan data profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2019, kabupaten Banjarnegara mencapai (0,7
ISSN: 2808-1021
Proceedings homepage: https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/19
2
persen) dan menempati peringkat ke 14 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah (Profil Kesehatan Jawa Tengah,
2019).
Terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara dan bagaimana cara mendeteksinya
merupakan salah satu penyebab peningkatan kasus kanker payudara di stadium lanjut. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Handayani & Sudarmiati (2012), didapatkan bahwa
di Kabupaten Sukoharjo dengan responden remaja putri berusia 12- 22 tahun sebagian besar responden
memiliki pengetahuan kurang tentang cara melakukan SADARI.
Upaya untuk pengendalian kanker, dapat dilakukan dengan pencegahan faktor resiko, deteksi dini,
surveilans epidemiologi serta penyebaran berita tentang kanker payudara (Mulyati, 2021). Hal ini juga didukung
dengan upaya pemerintah berupa program SADARI maupun periksa payudara klinis (SADANIS) (Kementrian
Kesehatan RI, 2017).
Kanker payudara harus sedini mungkin dideteksi oleh para remaja di Indonesia. Berdasarkan hasil
penelitian Handayani & Sari (2012), menyebutkan bahwa sebagian besar remaja putri memiliki pengetahuan yang
kurang mengenai SADARI. Untuk para perempuan yang mempunyai tingkat pengetahuan dan pemahaman rendah
tentang kanker payudara dan cara deteksinya maka perlu diberikan informasi menggunakan cara menyampaikan
penyuluhan kesehatan tentang SADARI (Damayanti, 2017). Penyuluhan kesehatan memiliki metode penyuluhan
tepat sasaran yang diperlukan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Metode pengajaran yang dapat memberikan pengalaman secara nyata kepada responden karena dapat
melihat, mendengar, meraba, mengamati secara langsung tentang hal-hal yang sedang dipelajari menggunakan
metode audiovisual. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mardianti (2021), menunjukkan bahwa penggunaan
media audiovisual efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sebanyak 70% pengetahuan seseorang diperoleh dari
apa yang mereka dengar dan lihat.
Sedangkan untuk mendapatkan cara yang lebih praktis untuk memberikan pengertian, pandangan baru,
serta mekanisme perihal suatu hal yang pernah dipersiapkan dengan teliti untuk menunjukkan bagaimana cara
melaksanakan suatu tindakan adegan dengan menggunakan alat peraga untuk mengembangkan keterampilan
mengginakan metode demonstrasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Purwati, 2016 & Arsinta, 2020)
bahwa terdapat pengaruh dengan menggunakan metode demonstrasi yang menunjukkan hasil belajar yang lebih
baik karena ada interaksi langsung antara tutor dan siswi.
Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di SMPN 3 Pagedongan yang terletak di Kecamatan
Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara memiliki jumlah remaja putri sebanyak 66 orang. Berdasarkan wawancara
dengan Kepala Sekolah SMPN 3 Pagedongan, didapatkan bahwa belum pernah dilakukan penyuluhan kesehatan
di SMPN tersebut dan belum pernah dilakukannya penelitian dengan pemberian penyuluhan kesehatan khususnya
tentang SADARI di SMPN 3 Pagedongan Banjarnegara.
Dari fenomena yang terjadi pada kasus diatas remaja putri masih kurang mendapatkan informasi mengenai
SADARI, sehingga dapat mendeteksi secara dini penyakit kanker payudara secara mandiri. Oleh sebab itu, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “perbedaan hasil tingkat pengatahuan remaja putri sebelum dan
sesudah penyuluhan kesehatan menggunakan metode audiovisual dan demonstrasi tentang SADARI di SMPN 3
Pagedongan Banjarnegara”.
2. METODE
Desain penelitian pre-eksperimental dengan rancangan penelitian two group pretest posttest design.
Penelitian pre-ekperimental merupakan ekperimen sungguh-sungguh sebab masih terdapat variabel luar yang ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hasil ekperimen variabel dependen bukan semata-mata
dipengaruhi oleh variabel independent (Sugiyono, 2019). Rancangan penelitian tipe two group pretest posttest
design yang terdiri dari 2 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 33 siswi. Kemudian diberikan
intervensi berbeda. Kelompok pertama diberikan intervensi metode audio visual dan kelompok kedua diberikan
intervensi metode demonstrasi dengan cara dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah intervensi. Rancangan ini
tidak menggunakan kelompok kontrol, tetapi dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti
untuk menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan (posttest) (Nursalam, 2017).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat, analisis bivariat dengan uji
statistik wilcoxon.dan Mann-whitney.
3. HASIL PENELITIAN
1. Pengetahuan Remaja Putri Sebelum Pemberian Penyuluhan Kesehatan Tentang SADARI
Menggunakan Metode Audiovisual dan Demonstrasi
Tabel 1 menunjukkan tingkat pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan pada metode audiovisual dengan
kategorik baik 0 responden (0%), kategorik kurang 12 responden (36,4%) dan sebagian besar kategorik cukup 21
responden (63.6%).
ISSN: 2808-1021
Proceedings homepage: https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/19
3
Tabel 1 menunjukkan tingkat pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan pada metode demonstrasi
dengan kategorik baik 0 responden (0%), kategorik cukup 16 responden (48,5%) dan sebagian besar kategorik
kurang 17 responden (51.5%).
2. Pengetahuan Remaja Putri Sesudah Pemberian Penyuluhan Kesehatan Tentang SADARI
Menggunakan Metode Audio-visual dan Demonstrasi
Tabel 2 menunjukkan tingkat pengetahuan sesudah diberikan penyuluhan pada kelompok metode
audivisual dengan kategorik kurang 0 responden (0%), kategorik cukup 13 responden (39,4%) dan sebagian besar
kategorik baik 20 responden (60.6%).
Tabel 2 menunjukkan tingkat pengetahuan sesudah diberikan penyuluhan pada kelompok metode
demonstrasi dengan kayegorik kurang 0 responden (0%), kategorik cukup 6 responden (18,2%) dan sebagian
besar kategorik baik 27 responden (81.8%).
3. Perbedaan Hasil Penggunaan Metode Penyuluhan Kesehatan Yang Lebih Baik Terhadap Tingkat
Pengetahuan Remaja Putri Tentang SADARI Menggunakan Metode Audovisual Dan Demonstrasi
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 29 responden (87.8%) yang mengalami peningkatan pengetahuan
sesudah diberikan penyuluhan menggunakan metode audiovisual dan hasil uji wilcoxon didapatkan nilai p-value
sebesar 0.0001 < 0.05 yang berarti ada perbedaan pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum dan sesudah
penyuluhan dengan metode audiovisual.
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 32 responden (96.9%) yang mengalami peningkatan pengetahuan
sesudah diberikan penyuluhan menggunakan metode demonstrasi dan hasil uji wilcoxon didapatkan nilai p-value
sebesar 0.0001 < 0.05 yang berarti ada perbedaan pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum dan sesudah
penyuluhan dengan metode demonstrasi.
4. Perbedaan Pengetahuan Remaja Putri Tentang SADARI Antara Kelompok Metode Audiovisual dan
Demonstrasi di SMPN 3 Pagedongan Banjarnegara (n: 66)
Tabel 4 menunjukkan hasil uji mann-whitney terkait pengetahuan sebelum diberikan edukasi didapatkan
nilai p-value sebesar 0.218 > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan pengetahuan remaja putri tentang SADARI
sebelum penyuluhan antara metode audiovisual dengan metode demonstrasi.
Tabel 4 menunjukkan hasil uji mann-whitney terkait pengetahuan sesudah diberikan edukasi didapatkan
nilai p-value sebesar 0.059 > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan pengetahuan remaja putri tentang SADARI
sesudah penyuluhan antara metode audiovisual dengan metode demonstrasi.
4. PEMBAHASAN
1. Hasil penelitian pengetahuan remaja putri sebelum pemberian penyuluhan kesehatan tentang SADARI
menggunakan metode audiovisual dan demonstrasi di SMPN 3 Pagedongan Banjarnegara
Hasil penelitian menun-jukkan tingkat pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan pada kelompok metode
audivisual dan kelompok metode demonstrasi kategorik cukup (tabel 1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
remaja kurang mengerti tentang SADARI. Remaja sangat perlu mengetahui cara mendeteksi dini kanker payudara
mengingat pada masa remaja merupakan masa peralihan dan remaja akan mulai menentukan jati diri dan rasa
percaya diri untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya (Sari et al., 2015).
Kurangnya informasi dan pengetahuan remaja tentang kanker payudara dan upaya deteksi dininya
membuat remaja bersikap negatif dengan hal tersebut. Hal ini sejalan dengan jurnal penelitian dari Shahrbabak
(2021) yang menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang memadai membuat wanita tidak
mampu melakukan deteksi dini kanker payudara, sehingga mengakibatkan para wanita tersebut mengabaikannya.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harefa (2011) pengetahuan remaja
putri tentang periksa payudara sendiri, dari 40 siswi mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 24 orang (60%),
dan didukung dengan hasil penelitian Rahayu (2016) tentang tingkat pengetahuan remaja putri tentang sadari, dari
hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan remaja putri tentang sadari berada pada kategori cukup yaitu 61,6%.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 61.6% responden belum pernah mendapatkan
informasi terkait pemeriksaan SADARI. Kurangnya sumber informasi yang didapatkan responden menyebabkan
penge-tahuan yang dimiliki responden kurang. Budiman dan Riyanto (2013) menyatakan bahwa informasi
mempengaruhi penge-tahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka akan
menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan
menambah pengetahuan dan wawasannya.
2. Hasil penelitian pengetahuan remaja putri sesudah pemberian penyuluhan kesehatan tentang SADARI
menggunakan metode audiovisual dan demonstrasi di SMPN 3 Pagedongan Banjar-negara
Creator
Eva Purwati
Source
https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/19
Format
PDF
Language
INDONESIA
Type
TEXT
Files
Citation
Eva Purwati, “Universitas Muhammadiyah Purwokerto vol.4 2023Perbedaan Hasil Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Metode
Audiovisual dan Demonstrasi Terhadap Tingkat Pengetahuan
Remaja Putri Tentang Sadari di SMPN 3 Pagedongan
Banjarnegara
Differences in the Results of Health Education Using Audiovisual and Demonstration Methods on
the Level of Knowledge of Young Girls About Sadari at SMPN 3 Pagedongan Banjarnegara,” Repository Horizon University Indonesia, accessed November 15, 2024, https://repository.horizon.ac.id/items/show/541.
Audiovisual dan Demonstrasi Terhadap Tingkat Pengetahuan
Remaja Putri Tentang Sadari di SMPN 3 Pagedongan
Banjarnegara
Differences in the Results of Health Education Using Audiovisual and Demonstration Methods on
the Level of Knowledge of Young Girls About Sadari at SMPN 3 Pagedongan Banjarnegara,” Repository Horizon University Indonesia, accessed November 15, 2024, https://repository.horizon.ac.id/items/show/541.