Universitas Muhammadiyah Purwokerto vol.4 2023
Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja
Pembelajaran Sistem Hybrid Pada Guru SD
di Kelurahan Cilacap
The Relationship between Mental Workload and Work Stress in Hybrid System Learning for
Elementary School Teachers in the Cilacap Village
Dublin Core
Title
Universitas Muhammadiyah Purwokerto vol.4 2023
Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja
Pembelajaran Sistem Hybrid Pada Guru SD
di Kelurahan Cilacap
The Relationship between Mental Workload and Work Stress in Hybrid System Learning for
Elementary School Teachers in the Cilacap Village
Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja
Pembelajaran Sistem Hybrid Pada Guru SD
di Kelurahan Cilacap
The Relationship between Mental Workload and Work Stress in Hybrid System Learning for
Elementary School Teachers in the Cilacap Village
Subject
Beban Kerja Mental, Stres
Kerja
Kerja
Description
PENDAHULUAN
Diawal tahun 2020 dunia digemparkan oleh mewabahnya satu penyakit yang dikenal dengan corona
virus diseases 2019 (Covid-19). Penyebaran covid-19 mewabah dalam waktu yang cepat, dimana pada
tanggal 11 Maret 2020 World Health Organization (WHO) mengumumkan kasus covid-19 sebagai pandemi
global. Adanya pandemic covid 19 semua terkena imbas yang sangat berpengaruh pada kehidupan sehari hari,
termasuk di bidang pendidikan, semua di paksa melakukan pendidikan secara online (Putra, 2021).
Sebelum masa pandemi, pembelajaran dilakukan secara tatap muka, pembelajaran tersebut dilakukan
dengan metode pembelajaran klasik dimana guru dan siswa bertemu secara tatap muka dalam suatu ruangan
atau forum pada lokasi yang sama (Nissa & Haryanto, 2020). Sementara pada masa pandemi, kegiatan
pendidikan dan pembelajaran berlangsung secara daring, dan penggunaan jaringan internet sangat berperan
penting dalam pembelajaran daring. Pembelajaran daring memberikan siswa fleksibilitas waktu belajar dan
memungkinkan mereka untuk belajar kapan saja, di mana saja. Siswa dapat berinteraksi dengan guru melalui
berbagai aplikasi seperti classroom, konferensi video, telepon, live chat, zoom, grup WhatsApp, dan lain-
lain (Dewi, 2020). KBM secara daring menjadi sesuatu yang baru bagi guru dan siswa sekolah dasar. Guru dan
siswa harus mampu menerapkan model-model baru pada sistem pembelajaran daring. Dari sudut pandang guru,
penerapan pembelajaran daring juga menuntut guru untuk bekerja lebih ekstra dari sebelumnya seperti
menyiapkan bahan ajar secara daring, menyiapkan platform untuk mengajar, menugaskan siswa, mengoreksi
pelajaran untuk siswa dan lain-lain (Giyanti & Fachrizal, 2021). Pekerjaan sebagai guru menjadi profesi yang
didominasi oleh beban kerja mental karena tugas dan tanggung jawab guru bertumpu pada pekerjaan psikis dan
non fisik. Pekerjaan ini menjadi salah satu pekerjaan dengan beban kerja yang tinggi. Beban kerja guru dalam
seminggu terdiri dari 2,5 jam istirahat dan 37,5 jam kerja efektif. Ini termasuk perencanaan, pelaksanaan,
penilaian hasil belajar, mengajar dan melatih siswa, serta melakukan tugas tambahan. Terlalu banyak
tanggung jawab yang harus diambil guru dapat menyebabkan beban kerja mental berlebih. Stres kerja dapat
terjadi, salah satunya karena beban kerja mental yang berlebihan (Sari et al., 2021).
Saat ini pemerintah sedang menerapkan kebijakan new normal. Kebijakan tersebut berpengaruh pada
sektor pendidikan, dimana peserta didik diminta untuk belajar di rumah dan di sekolah secara bergantian.
Kegiatan ini menjadi rekomendasi oleh Kemendikbud dengan metode pengajaran hybrid learning dimana guru
dapat menerapkan penggabungan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring. Pembelajaran sistem
hybrid ini membuat guru memiliki dua fokus antara siswa yang belajar secara luring di dalam kelas dengan
siswa yang belajar secara daring atau di rumah. Akibat dari perubahan sistem pembelajaran tersebut,
tugas dan tanggung jawab guru SD menjadi meningkat yang dapat menyebabkan guru menerima beban kerja
mental berlebih sehingga mengakibatkan stres kerja (Mustika et al., 2021).
Berdasarkan hasil survey awal dengan menggunakan kuesioner NASA TLX, hasil pengukuran beban
kerja mental pada 20 guru SD di 5 sekolah dasar negeri di kelurahan Cilacap menunjukkan bahwa 14 guru
mengalami beban kerja mental tinggi, 3 guru mengalami beban kerja mental sedang dan 3 guru mengalami
beban kerja mental rendah. Untuk hasil pengukuran stres kerja dengan menggunakan kuesioner stres kerja
dari HSE (2003), menujukkan bahwa 13 guru mengalami stres kerja tinggi, 5 guru mengalami stres kerja
sedang, dan 2 guru mengalami stres kerja rendah. Hal ini menunjukkan bahwa beban kerja mental yang berlebih
dapat menyebabkan stres kerja pada guru SD.
Dari uraian latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran sistem
hybrid di sekolah dasar kelurahan Cilacap, beban kerja mental yang diterima guru SD menjadi meningkat yang
dapat berpotensi mengakibatkan stres kerja sehingga peneliti melakukan penelitian mengenai “Hubungan
Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja Pembelajaran Sistem Hybrid pada Guru SD di Kelurahan Cilacap”.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.
Responden yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 70 guru Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan
Cilacap. Teknik pengambilan sampel menggunakan Total Sampling. Alat ukur pada penelitian ini
menggunakan kuesioner NASA-TLX untuk mengukur tingkat beban kerja mental dan kuisioner Health
and Safety Executive (HSE 2003) untuk mengukur tingkat stres kerja. Teknik analisis data yang digunakan
adalah uji Somers’d.
3. HASIL PENELITIAN
Berikut hasil analisis dalam penelitian ini :
1. Karakteristik Responden
Tabel 1 menunjukkan bahwa usia responden dengan kategori > 30 tahun paling banyak dibandingkan
kategori yang lain yaitu sebanyak 71.4 %. Responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 84.3%.
ISSN: 2808-1021
Proceedings homepage: https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/19
67
2. Beban Kerja Mental
Dari tabel 2. dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengalami beban kerja mental tingkat tinggi
sebanyak 44.3% dan beban kerja tingkat sedang sebanyak 37.1%. Sedangkan minoritas responden mengalami
beban kerja mental tingkat sangat tinggi sebanyak 1.4%.
3. Stres Kerja
Tabel 3. Hasil Pengukuran Stres Kerja Stres Kerja f % Rendah 8 11.4 Sedang 26 37.1 Tinggi 36 51.4
Sangat Tinggi 0 0 Total 70 100 Dari tabel 3. dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengalami stres kerja
tingkat tinggi sebanyak 51.4%. Sedangkan minoritas responden mengalami stres kerja tingkat rendah sebanyak
11.4%.
4. Hubungan Beban Kerja Mental Drengan Stres Kerja
Berdasarkan data pada tabel 4. diketahui bahwa hubungan antara variabel beban kerja mental dengan
stres kerja pada guru SD Negeri di kelurahan Cilacap signifikan (p = Karakteristik Responden f % Usia ≤ 30
tahun 20 28.6 > 30 tahun 50 71.4 Jenis Kelamin Perempuan 59 84.3 Laki-laki 11 15.7 0.0001). Dimana
kekuatan korelasi antara variabel beban kerja mental dengan stres kerja adalah kuat (dx = 0.645) dan arah
korelasi positif yang menunjukkan bahwa apabila tingkat beban kerja mental meningkat maka tingkat stres kerja
juga akan meningkat.
4. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Individu
Usia responden yang paling tua dalam penelitian yang dilakukan ini adalah 60 tahun sedangkan usia
yang paling muda yaitu 25 tahun. Guru yang belum memiliki kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik wajib
memenuhi kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik paling lama 10 tahun dan seorang calon guru diwajibkan
memiliki pendidikan terakhir sarjana (lulusan S1 atau setara D IV). Saat ini dan seterusnya tidak akan ada
lagi guru yang berpendidikan di bawah S1 (diploma I, II dan III). Lulusan S1 atau D IV saat ini merupakan
standar kualifikasi minimal bagi seorang calon guru sehingga mayoritas guru saat ini memiliki usia dalam
kategori > 30 tahun (Alamsyah, 2016).
Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, mayoritas jenis kelamin guru SD di kelurahan Cilacap
yaitu perempuan. Pada awal tahun 2019, jumlah guru di seluruh Indonesia mencapai 2.755.020 orang. Dari
jumlah tersebut, berdasarkan jenis kelamin, hampir semua jenjang didominasi oleh perempuan. Bila
dipresentasikan, sebanyak 64,35% merupakan guru berjenis kelamin perempuan. Karena jumlah guru
perempuan saat ini mencapai 1.773.034 orang (Purwanto et al., 2020). Perempuan lebih mengedepankan
emosional dalam dirinya ketika melakukan pekerjaan, tingkat emosio-nal tersebut menjadi salah satu sumber
stres kerja Selain itu, tampilan rumah pekerjaan menjadi sumber stres kerja juga dimiliki oleh mayoritas
perempuan, dimana perempuan dituntut untuk melakukan peran ganda baik di rumah tangga serta
pekerjaannya (Kurniawati & Widjasena, 2022).
2. Beban Kerja Mental
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja memiliki beban kerja mental kategori tinggi
karena banyaknya tuntutan pekerjaan seorang guru seperti melakukan perencanaan, pelak-sanaan, penilaian
hasil belajar, mengajar dan melatih siswa, serta melakukan tugas tambahan baik secara luring maupun daring
(Sari et al., 2021).
Dampak negatif dari tingkat beban kerja mental yang tinggi akan menimbulkan kelelahan psikis, yang
disertai dengan munculnya perasaan lelah, letih, lesu, dan berkurangnya kewaspadaan terhadap pekerjaan yang
dilakukan. Untuk menjaga performansi, sekolah dapat melakukan analisis beban kerja guru. Di sisi lain
terdapat kelebihannya yaitu dengan mengetahui tingkat beban kerja mental seorang guru, hasil tersebut dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan selanjutnya, apakah diperlukan
penambahan guru jika beban mental terlalu besar atau perubahan strategi dalam melaksanakan pekerjaan.
Melalui pengukuran juga dapat diketahui faktor yang paling mempengaruhi beban kerja mental, sehingga dapat
diberikan usulan perbaikan untuk mengurangi tingkat beban kerja mental guru (Putri & Handayani, 2017)..
3. Stres Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja memiliki tingkat stres kerja kategori tinggi.
Stres kerja yang tinggi mempunyai dampak negatif terhadap kinerja, ketidak-hadiran, dan kemungkinan
pindah sehingga menyebabkan menurunnya produk-tivitas guru. Stres dimulai dari proses penilaian primer
dan penilaian sekunder, yang pada gilirannya akan menentukan strategi koping. Apakah seseorang menilai
dirinya mampu ataukah tidak dalam menghadapi tekanan dari luar. Secara bersamaan kedua proses tersebut
berlangsung sehingga menentukan strategi koping yang tepat. Apakah sumber stres dianggap sebagai ancaman
ISSN: 2808-1021
Proceedings homepage: https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/19
68
ataukah sebagai tantangan. Proses penilaian tersebut akan menentukan strategi koping. Dengan memahami
proses stres kerja maka dapat dibuat mekanisme untuk mengelola stres, baik secara individu maupun dalam
level organisasi (Bachroni & Asnawi, 2015).
4. Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja
Terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja mental dengan stres kerja pada guru SD di
kelurahan Cilacap dengan nilai signifikansi (p = 0.0001) dan kekuatan korelasi antara variabel beban
kerja mental dengan stres kerja adalah kuat dengan nilai koefisien korelasi (dx = 0.645) dan arah korelasi positif.
Hal tersebut terjadi karena pembelajaran sistem hybrid di SD Negeri kelurahan Cilacap ini membuat guru
memiliki dua fokus antara siswa yang belajar secara luring di dalam kelas dengan siswa yang belajar secara
daring atau di rumah.
Pembelajaran di masa pandemi covid 19 dilakukan secara online melalui pembelajaran jarak jauh dengan
tujuan untuk meningkatkan kecerdasan anak. Hal ini tentunya akan berdampak pada guru karena adanya
perubahan peran guru terutama dalam hal penyampaian materi pembelajaran dan perubahan ruang kerja.
Perubahan sistem pembelajaran ini akan berdampak pada psikis guru, khususnya stres dalam menghadapi
pekerjaan, karena tidak semua guru memahami dan dapat menggunakan teknologi sebagai sarana
pembelajaran (Rahmawati & Sumarni, 2021). Akibat dari perubahan sistem pembelajaran tersebut, tugas dan
tanggung jawab guru SD menjadi meningkat yang dapat menyebabkan guru menerima beban kerja mental
berlebih sehingga mengakibatkan stres kerja (Mustika et al., 2021).
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh Weken et all., (2020) tentang hubungan antara beban kerja,
konflik peran, dan dukungan sosial dengan stres kerja pada 76 guru di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Manado pada masa pandemi covid-19 yang dianalisis menggunakan uji Chi Square dengan hasil signifikan (p =
0.000) sehingga beban kerja mental berhubungan dengan stres kerja. Hal tersebut terjadi karena beban kerja
yang diterima semakin bertambah dalam sistem pembelajaran daring ini. Para guru harus mempersiapkan materi
pembelajaran yang dikemas dengan menarik dan mudah dimengerti untuk nantinya akan ditampilkan dan
diajarkan kepada para murid ketika pembelajaran daring dengan menggunakan whatsapp, googlemeet, atau
zoom yang sangat berbeda dengan sistem pembelajaran tatap muka secara langsung. Kondisi tersebut yang
dialami oleh responden dalam penelitian ini sehingga dapat menimbulkan stres kerja yang jika tidak diatasi akan
semakin berdampak negatif bagi kondisi psikologis dan fisik mereka.
5. KESIMPULAN
1. Beban kerja mental yang dialami oleh guru SD di kelurahan Cilacap paling banyak mengalami beban kerja
mental kategori tinggi sebanyak 44.3%.
2. Stres kerja yang dialami oleh guru SD di kelurahan Cilacap mayoritas responden mengalami stres kerja
dengan kategori tinggi sebanyak 51.4%.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja mental dengan stres kerja pada guru SD di kelurahan
Cilacap yaitu dengan nilai p : 0.0001 (p < 0,05) dan memiliki korelasi (r : 0.645) serta arah korelasi yang +
(positif) yang dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat beban kerja mental maka semakin tinggi
terjadinya stres kerja.
Diawal tahun 2020 dunia digemparkan oleh mewabahnya satu penyakit yang dikenal dengan corona
virus diseases 2019 (Covid-19). Penyebaran covid-19 mewabah dalam waktu yang cepat, dimana pada
tanggal 11 Maret 2020 World Health Organization (WHO) mengumumkan kasus covid-19 sebagai pandemi
global. Adanya pandemic covid 19 semua terkena imbas yang sangat berpengaruh pada kehidupan sehari hari,
termasuk di bidang pendidikan, semua di paksa melakukan pendidikan secara online (Putra, 2021).
Sebelum masa pandemi, pembelajaran dilakukan secara tatap muka, pembelajaran tersebut dilakukan
dengan metode pembelajaran klasik dimana guru dan siswa bertemu secara tatap muka dalam suatu ruangan
atau forum pada lokasi yang sama (Nissa & Haryanto, 2020). Sementara pada masa pandemi, kegiatan
pendidikan dan pembelajaran berlangsung secara daring, dan penggunaan jaringan internet sangat berperan
penting dalam pembelajaran daring. Pembelajaran daring memberikan siswa fleksibilitas waktu belajar dan
memungkinkan mereka untuk belajar kapan saja, di mana saja. Siswa dapat berinteraksi dengan guru melalui
berbagai aplikasi seperti classroom, konferensi video, telepon, live chat, zoom, grup WhatsApp, dan lain-
lain (Dewi, 2020). KBM secara daring menjadi sesuatu yang baru bagi guru dan siswa sekolah dasar. Guru dan
siswa harus mampu menerapkan model-model baru pada sistem pembelajaran daring. Dari sudut pandang guru,
penerapan pembelajaran daring juga menuntut guru untuk bekerja lebih ekstra dari sebelumnya seperti
menyiapkan bahan ajar secara daring, menyiapkan platform untuk mengajar, menugaskan siswa, mengoreksi
pelajaran untuk siswa dan lain-lain (Giyanti & Fachrizal, 2021). Pekerjaan sebagai guru menjadi profesi yang
didominasi oleh beban kerja mental karena tugas dan tanggung jawab guru bertumpu pada pekerjaan psikis dan
non fisik. Pekerjaan ini menjadi salah satu pekerjaan dengan beban kerja yang tinggi. Beban kerja guru dalam
seminggu terdiri dari 2,5 jam istirahat dan 37,5 jam kerja efektif. Ini termasuk perencanaan, pelaksanaan,
penilaian hasil belajar, mengajar dan melatih siswa, serta melakukan tugas tambahan. Terlalu banyak
tanggung jawab yang harus diambil guru dapat menyebabkan beban kerja mental berlebih. Stres kerja dapat
terjadi, salah satunya karena beban kerja mental yang berlebihan (Sari et al., 2021).
Saat ini pemerintah sedang menerapkan kebijakan new normal. Kebijakan tersebut berpengaruh pada
sektor pendidikan, dimana peserta didik diminta untuk belajar di rumah dan di sekolah secara bergantian.
Kegiatan ini menjadi rekomendasi oleh Kemendikbud dengan metode pengajaran hybrid learning dimana guru
dapat menerapkan penggabungan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring. Pembelajaran sistem
hybrid ini membuat guru memiliki dua fokus antara siswa yang belajar secara luring di dalam kelas dengan
siswa yang belajar secara daring atau di rumah. Akibat dari perubahan sistem pembelajaran tersebut,
tugas dan tanggung jawab guru SD menjadi meningkat yang dapat menyebabkan guru menerima beban kerja
mental berlebih sehingga mengakibatkan stres kerja (Mustika et al., 2021).
Berdasarkan hasil survey awal dengan menggunakan kuesioner NASA TLX, hasil pengukuran beban
kerja mental pada 20 guru SD di 5 sekolah dasar negeri di kelurahan Cilacap menunjukkan bahwa 14 guru
mengalami beban kerja mental tinggi, 3 guru mengalami beban kerja mental sedang dan 3 guru mengalami
beban kerja mental rendah. Untuk hasil pengukuran stres kerja dengan menggunakan kuesioner stres kerja
dari HSE (2003), menujukkan bahwa 13 guru mengalami stres kerja tinggi, 5 guru mengalami stres kerja
sedang, dan 2 guru mengalami stres kerja rendah. Hal ini menunjukkan bahwa beban kerja mental yang berlebih
dapat menyebabkan stres kerja pada guru SD.
Dari uraian latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran sistem
hybrid di sekolah dasar kelurahan Cilacap, beban kerja mental yang diterima guru SD menjadi meningkat yang
dapat berpotensi mengakibatkan stres kerja sehingga peneliti melakukan penelitian mengenai “Hubungan
Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja Pembelajaran Sistem Hybrid pada Guru SD di Kelurahan Cilacap”.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.
Responden yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 70 guru Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan
Cilacap. Teknik pengambilan sampel menggunakan Total Sampling. Alat ukur pada penelitian ini
menggunakan kuesioner NASA-TLX untuk mengukur tingkat beban kerja mental dan kuisioner Health
and Safety Executive (HSE 2003) untuk mengukur tingkat stres kerja. Teknik analisis data yang digunakan
adalah uji Somers’d.
3. HASIL PENELITIAN
Berikut hasil analisis dalam penelitian ini :
1. Karakteristik Responden
Tabel 1 menunjukkan bahwa usia responden dengan kategori > 30 tahun paling banyak dibandingkan
kategori yang lain yaitu sebanyak 71.4 %. Responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 84.3%.
ISSN: 2808-1021
Proceedings homepage: https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/19
67
2. Beban Kerja Mental
Dari tabel 2. dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengalami beban kerja mental tingkat tinggi
sebanyak 44.3% dan beban kerja tingkat sedang sebanyak 37.1%. Sedangkan minoritas responden mengalami
beban kerja mental tingkat sangat tinggi sebanyak 1.4%.
3. Stres Kerja
Tabel 3. Hasil Pengukuran Stres Kerja Stres Kerja f % Rendah 8 11.4 Sedang 26 37.1 Tinggi 36 51.4
Sangat Tinggi 0 0 Total 70 100 Dari tabel 3. dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengalami stres kerja
tingkat tinggi sebanyak 51.4%. Sedangkan minoritas responden mengalami stres kerja tingkat rendah sebanyak
11.4%.
4. Hubungan Beban Kerja Mental Drengan Stres Kerja
Berdasarkan data pada tabel 4. diketahui bahwa hubungan antara variabel beban kerja mental dengan
stres kerja pada guru SD Negeri di kelurahan Cilacap signifikan (p = Karakteristik Responden f % Usia ≤ 30
tahun 20 28.6 > 30 tahun 50 71.4 Jenis Kelamin Perempuan 59 84.3 Laki-laki 11 15.7 0.0001). Dimana
kekuatan korelasi antara variabel beban kerja mental dengan stres kerja adalah kuat (dx = 0.645) dan arah
korelasi positif yang menunjukkan bahwa apabila tingkat beban kerja mental meningkat maka tingkat stres kerja
juga akan meningkat.
4. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Individu
Usia responden yang paling tua dalam penelitian yang dilakukan ini adalah 60 tahun sedangkan usia
yang paling muda yaitu 25 tahun. Guru yang belum memiliki kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik wajib
memenuhi kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik paling lama 10 tahun dan seorang calon guru diwajibkan
memiliki pendidikan terakhir sarjana (lulusan S1 atau setara D IV). Saat ini dan seterusnya tidak akan ada
lagi guru yang berpendidikan di bawah S1 (diploma I, II dan III). Lulusan S1 atau D IV saat ini merupakan
standar kualifikasi minimal bagi seorang calon guru sehingga mayoritas guru saat ini memiliki usia dalam
kategori > 30 tahun (Alamsyah, 2016).
Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, mayoritas jenis kelamin guru SD di kelurahan Cilacap
yaitu perempuan. Pada awal tahun 2019, jumlah guru di seluruh Indonesia mencapai 2.755.020 orang. Dari
jumlah tersebut, berdasarkan jenis kelamin, hampir semua jenjang didominasi oleh perempuan. Bila
dipresentasikan, sebanyak 64,35% merupakan guru berjenis kelamin perempuan. Karena jumlah guru
perempuan saat ini mencapai 1.773.034 orang (Purwanto et al., 2020). Perempuan lebih mengedepankan
emosional dalam dirinya ketika melakukan pekerjaan, tingkat emosio-nal tersebut menjadi salah satu sumber
stres kerja Selain itu, tampilan rumah pekerjaan menjadi sumber stres kerja juga dimiliki oleh mayoritas
perempuan, dimana perempuan dituntut untuk melakukan peran ganda baik di rumah tangga serta
pekerjaannya (Kurniawati & Widjasena, 2022).
2. Beban Kerja Mental
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja memiliki beban kerja mental kategori tinggi
karena banyaknya tuntutan pekerjaan seorang guru seperti melakukan perencanaan, pelak-sanaan, penilaian
hasil belajar, mengajar dan melatih siswa, serta melakukan tugas tambahan baik secara luring maupun daring
(Sari et al., 2021).
Dampak negatif dari tingkat beban kerja mental yang tinggi akan menimbulkan kelelahan psikis, yang
disertai dengan munculnya perasaan lelah, letih, lesu, dan berkurangnya kewaspadaan terhadap pekerjaan yang
dilakukan. Untuk menjaga performansi, sekolah dapat melakukan analisis beban kerja guru. Di sisi lain
terdapat kelebihannya yaitu dengan mengetahui tingkat beban kerja mental seorang guru, hasil tersebut dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan selanjutnya, apakah diperlukan
penambahan guru jika beban mental terlalu besar atau perubahan strategi dalam melaksanakan pekerjaan.
Melalui pengukuran juga dapat diketahui faktor yang paling mempengaruhi beban kerja mental, sehingga dapat
diberikan usulan perbaikan untuk mengurangi tingkat beban kerja mental guru (Putri & Handayani, 2017)..
3. Stres Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja memiliki tingkat stres kerja kategori tinggi.
Stres kerja yang tinggi mempunyai dampak negatif terhadap kinerja, ketidak-hadiran, dan kemungkinan
pindah sehingga menyebabkan menurunnya produk-tivitas guru. Stres dimulai dari proses penilaian primer
dan penilaian sekunder, yang pada gilirannya akan menentukan strategi koping. Apakah seseorang menilai
dirinya mampu ataukah tidak dalam menghadapi tekanan dari luar. Secara bersamaan kedua proses tersebut
berlangsung sehingga menentukan strategi koping yang tepat. Apakah sumber stres dianggap sebagai ancaman
ISSN: 2808-1021
Proceedings homepage: https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/19
68
ataukah sebagai tantangan. Proses penilaian tersebut akan menentukan strategi koping. Dengan memahami
proses stres kerja maka dapat dibuat mekanisme untuk mengelola stres, baik secara individu maupun dalam
level organisasi (Bachroni & Asnawi, 2015).
4. Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja
Terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja mental dengan stres kerja pada guru SD di
kelurahan Cilacap dengan nilai signifikansi (p = 0.0001) dan kekuatan korelasi antara variabel beban
kerja mental dengan stres kerja adalah kuat dengan nilai koefisien korelasi (dx = 0.645) dan arah korelasi positif.
Hal tersebut terjadi karena pembelajaran sistem hybrid di SD Negeri kelurahan Cilacap ini membuat guru
memiliki dua fokus antara siswa yang belajar secara luring di dalam kelas dengan siswa yang belajar secara
daring atau di rumah.
Pembelajaran di masa pandemi covid 19 dilakukan secara online melalui pembelajaran jarak jauh dengan
tujuan untuk meningkatkan kecerdasan anak. Hal ini tentunya akan berdampak pada guru karena adanya
perubahan peran guru terutama dalam hal penyampaian materi pembelajaran dan perubahan ruang kerja.
Perubahan sistem pembelajaran ini akan berdampak pada psikis guru, khususnya stres dalam menghadapi
pekerjaan, karena tidak semua guru memahami dan dapat menggunakan teknologi sebagai sarana
pembelajaran (Rahmawati & Sumarni, 2021). Akibat dari perubahan sistem pembelajaran tersebut, tugas dan
tanggung jawab guru SD menjadi meningkat yang dapat menyebabkan guru menerima beban kerja mental
berlebih sehingga mengakibatkan stres kerja (Mustika et al., 2021).
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh Weken et all., (2020) tentang hubungan antara beban kerja,
konflik peran, dan dukungan sosial dengan stres kerja pada 76 guru di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Manado pada masa pandemi covid-19 yang dianalisis menggunakan uji Chi Square dengan hasil signifikan (p =
0.000) sehingga beban kerja mental berhubungan dengan stres kerja. Hal tersebut terjadi karena beban kerja
yang diterima semakin bertambah dalam sistem pembelajaran daring ini. Para guru harus mempersiapkan materi
pembelajaran yang dikemas dengan menarik dan mudah dimengerti untuk nantinya akan ditampilkan dan
diajarkan kepada para murid ketika pembelajaran daring dengan menggunakan whatsapp, googlemeet, atau
zoom yang sangat berbeda dengan sistem pembelajaran tatap muka secara langsung. Kondisi tersebut yang
dialami oleh responden dalam penelitian ini sehingga dapat menimbulkan stres kerja yang jika tidak diatasi akan
semakin berdampak negatif bagi kondisi psikologis dan fisik mereka.
5. KESIMPULAN
1. Beban kerja mental yang dialami oleh guru SD di kelurahan Cilacap paling banyak mengalami beban kerja
mental kategori tinggi sebanyak 44.3%.
2. Stres kerja yang dialami oleh guru SD di kelurahan Cilacap mayoritas responden mengalami stres kerja
dengan kategori tinggi sebanyak 51.4%.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja mental dengan stres kerja pada guru SD di kelurahan
Cilacap yaitu dengan nilai p : 0.0001 (p < 0,05) dan memiliki korelasi (r : 0.645) serta arah korelasi yang +
(positif) yang dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat beban kerja mental maka semakin tinggi
terjadinya stres kerja.
Creator
Isna Tasya Salsabilla1
, Lusi Ismayenti2
, Heni Hastuti3
, Lusi Ismayenti2
, Heni Hastuti3
Source
https://conferenceproceedings.ump.ac.id/index.php/pshms/issue/view/19
Format
PDF
Language
INDONESIA
Type
TEXT
Files
Citation
Isna Tasya Salsabilla1
, Lusi Ismayenti2
, Heni Hastuti3, “Universitas Muhammadiyah Purwokerto vol.4 2023
Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja
Pembelajaran Sistem Hybrid Pada Guru SD
di Kelurahan Cilacap
The Relationship between Mental Workload and Work Stress in Hybrid System Learning for
Elementary School Teachers in the Cilacap Village,” Repository Horizon University Indonesia, accessed February 5, 2025, https://repository.horizon.ac.id/items/show/552.
Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja
Pembelajaran Sistem Hybrid Pada Guru SD
di Kelurahan Cilacap
The Relationship between Mental Workload and Work Stress in Hybrid System Learning for
Elementary School Teachers in the Cilacap Village,” Repository Horizon University Indonesia, accessed February 5, 2025, https://repository.horizon.ac.id/items/show/552.